Jumat, 24 Februari 2023

Sebuah Perjuangan, tentang Mendampingi

Sabtu, 18 Februari 2023

Pagi yang sibuk hari Sabtu yang biasanya tenang. Nakdis mau ikutan lomba mewarnai dalam rangka memperingati hari Isra' Mi'raj yang diadakan di mesjid kompleks. Otomatis hari leyeh-leyeh sedunia mendadak berubah sibuk. Yang mau ikut lomba siy cuma satu orang tapi nyiapin supporternya gak kalah hebohnya πŸ˜…. Drama buuk.. mulai dari ngebangunin, siap-siap, sampai akhirnya bisa berangkat tepat mepet waktu.

Sampai di tempat lomba tepat pukul 07.30 WIB. Udah keliatan beberapa peserta yang datang. Liat peserta lainnya maknya keder duluan. Anak lain pada bawa perlengkapan tempurnya keren-keren. Crayon versi lengkap, isinya 24 sampai 72 pcs, bahkan ada yang komplit dengan spidol warnanya sekalian. Mejanya juga bagus-bagus euy. Nah, giliran ni nakdis cuma bawa crayon kecil isi 12 pcs itupun pinjam crayon abangnya, crayonnya yang lain dah pada tamat riwayatnya, udah pada patah-patah karena keseringan dipakai dan dimainkan, iyaa.. dimainkaan... bukan hanya untuk mewarnai, tapi sebagai properti mainanπŸ˜…. Mejapun pinjam meja abgnya yang sudah orat-oret. Namun balik lagi, ini tentang anak, bukan tentang orang tua. Anaknya fine-fine aja kenapa maknya yang musti rempong ya kaan...

Pukul 08.00 WIB acara dibuka oleh MC, dan tepat pukul 08.30 WIB kegiatan lomba mewarnainya dimulai.Daaannn.....perjuangan itupun dimulai. Meja dan crayon sudah diposisikan. Tapii...  Nakdis mendadak mogok. Tidak mau pegang crayon sama sekali. Balik ke belakang dan peluk mamanya. Pelukannya terasa intens sekali. Baiklah mak.. atur napas dulu yaa... Maknya harus mikir strategi ni. Aku mencoba bertanya kenapa, tapi tidak dijawab. Ok. Aku peluk aja dulu. Setelah beberapa menit terasa napasnya mulai tenang, namun pelukannya masih kuat. 

Aku coba tanya lagi, "Cia merasa apa? Cia takut?" 

Dia menggeleng. 

"Trus Cia merasa apa?" 

"Cia malu." Jawabnya dengan suara pelan. 

"Perasaan malunya banyak atau sedikit?" aku bertanya lagi. Dia memang sudah kami biasakan berbicara tentang perasaan dan menggambarkan seberapa intens perasaan itu. 

"Banyak." katanya.

"Ya udah, sini mama peluk dulu." Dipeluk beberapa menit lagi sambil dielus-elus punggungnya. Terasa pelukannya mulai melonggar. Aku ajak main, dia suka digelitik. Sampai tertawa-tawa. Pas udah tenang. Aku tawarkan untuk mencoba lagi.

"Kita coba yuk mewarnainya."

Nakdis turun dari pelukan dan duduk di depan mejanya. Terlihat ragu, namun mencoba mulai mewarnai. Namun baru sesasat dia balik lagi.

"Cia masih malu." katanya.

Ondee.. Sabar maakk... Bener-bener ujian kesabaran ini  πŸ˜…

"Ok. Malunya banyak atau sedikit?" aku bertanya

"Tinggal sedikit. Gak sebanyak tadi, tapi masih malu." jawabnya masih dengan suara pelan.

"Ok. Apa yang bisa mama bantu biar perasaan malunya berkurang?"

"Cia mau dipeluk lagi, trus kita main-main lagi."

Baiklaahh... Lanjut yaaa... Mak peluk lagi. 

Semenit... Dua menit... Maknya mulai gak sabaran. Udah 15 menit berlalu sejak lomba dimulai. Melihat anak-anak lain sudah menampakkan hasil karyanya mak mulai uring-uringan. Ni anak punya potensi, masa gagal karena gak dicoba. Chance-nya ada untuk menang ini. Sampai kapan harus dipeluk begini? Masa harus pulang gitu aja tanpa mencoba. Berkecamuk isi kepala mamanya. Pengen rasanya nyerah aja deh, tarik dia pulang dan bilang yaudah kita gak usah ikut lombanya aja. Tarik napas maaak.. Sabaarr... Giliran maknya memvalidasi diri. Tujuan ikut lomba ini bukan tentang kamu, tapi tentang anak. Bukan tentang hasil, tapi tentang belajar berani, tentang menumbuhkan kepercayaan diri, tentang menyadarkan anak akan potensinya. Emaknya yang dari kecil udah sering ikutan lomba ini itu, kadang susah relate sama kondisi anaknya yang pemalu  di keramaian begini. Namun balik lagi, ini tentang anak, tentang mendampingi mereka.

Setelah beberapa lama dipeluk, dia berbisik, "Main yuk, Ma."

Jadilah kita main lagi. Digelitik-gelitik sampai tertawa-tawa. Sampai dia merasa tenang, dan merasa siap untuk melanjutkan lomba.

Finally, setelah 20 menit berlalu sejak lomba dinyatakan dimulai,  nakdis mau melanjutkan mewarnai lagi. Tapi masih ada syaratnya, tasnya diletakkan di atas meja agar tertutup, tidak dilihat orang lain, mama tetap duduk di belakangnya, dan abang-abangnya tidak boleh lihat dia mewarnai. Ada angin segar ini sepertinya. 

Namun ternyata, perjuangan belum berakhir. Ketika disampaikan keinginan adeknya kepada abang-abangnya, Si sulung tanpa banyak protes langsung mau diajak kerjasama. Dia duduk di belakang dan tidak melihat adiknya mewarnai. Nah, giliran my midle love yang super duper pecicilan, diminta gak usah liat adeknya malah makin mendekat. "Sayyid mau lihat Wafiyya", katanya. Hufft.. tarik napas maaak... jangan sampai hilang kendali. Ayo pikirkan caranya. 

"Eh, kita ngobrol yuk. Kemaren di sekolah Sayyid ada lomba juga kan? Lomba apa?" Aku berusaha mengalihkan perhatiannya.

 Bla.. blaa... Blaa...  Dia mulai bercerita. Beberapa saat dia lupa. Tapi jangan keburu senang dulu Marimar. Ini tentu tidak bertahan lama. Hanya selang beberapa menit dia mulai aktif lagi. Mau mengganggu adiknya lagi. Pusing mak.

Baiklah. Tampaknya senjata pamungkasnya harus dikeluarkan ini. 

"Ya udah. Sayyid sama abang Syabil main HP aja di teras mesjid ya. Jatah hari ini belum dipakai kan? 30 menit yaa."

"Siaapp". Dengan sigap mereka langsung meluncur. Tenggelam dengan HP nya. Aman. Mak tinggal fokus kepada nakdis aja lagi. 

Keliatan nakdis sudah mau mewarnai. Tapi sesekali masih melihat ke belakang memastikan keberadaan mamanya. Kadang-kadang memperlihatkan progress mewarnai, sekedar minta validasi kalau yang dikerjakannya sudah bagus. Dan sesekali mundur ke belakang untuk sekedar minta high five atau fist bump. Semangat naak... Kamu sedang berproses. 

Setelah beberapa lama berlalu dia mulai fokus. Kemudian melihat ke belakang dan berkata, "Udah gak malu lagi, Ma. Tadi awalnya malunya banyak, trus tinggal sedikit, sekarang udah gak malu lagi."

Dia menurunkan tasnya dari meja agar lebih leluasa. Terlihat makin fokus. Ketika anak-anak yang lain sudah pada selesai, dan lari-larian. Dia tidak terpengaruh sama sekali. Tetap fokus ke gambarnya.

Alhamdulillah. Maknya lega luar biasa. Sepertinya dia sudah berada di mode on fire-nya. Dia kembali datang ke belakang, tapi kali ini bukan minta pelukan lagi, tapi minta bantuan untuk menggulung lengan bajunya. Biar lebih enak mewarnainya katanya. Sebuah progress besar untukmu hari ini, nak.

Finally, 1 jam berlalu sejak lomba dimulai. Panitia mengumumkan kalau waktu mewarnai sudah habis. "Mesjidnya sudah diwarnai, Ma. Tapi latarnya belum." katanya.

"Gak papa, ini aja sudah sangat bagus." kataku menyemangati.

Kemudia dia mengumpulkan hasil karyanya ke panitia.  

Menunggu pengumuman anak-anak minta untuk ke food court. Minta jajan katanya. Ya udah, kayaknya kita memang butuh untuk charge energi dulu. Walaupun lombanya cuma 1 jam, tapi lumayan exhausted juga. Energinya abis buat regulasi emosi anaknya dan terutama untuk kelola emosi maknya. πŸ˜…πŸ˜…

Di perjalanan ke food court kita ngobrol. "Mama bangga sama Cia hari ini. Karena Cia sudah berani melawan rasa malunya, berani minta bantuan mama, dan sampaikan ke mama apa yang bisa mama lakukan untuk bantu Cia." kataku.

"Lain kali kalau Cia merasa butuh bantuan mama untuk apapun itu, jangan ragu bilang ke mama ya." Dia mengangguk senang.

Di food court mereka mulai sibuk memilih jajan masing-masing.

Di perjalanan pulang dari food court hati maknya kembali menghangat. Nakdis bilang "Hari ini mama bangga kan sama Cia, karena Cia udah bisa lawan rasa malu Cia. Dan karena Cia bilang ke mama kalau butuh bantuan mama."

Oh. How sweet. Aku langsung mengangguk mengiyakan. Bagiku pencapaian hari ini sudah sangat luar biasa. Terlepas dari hasil akhirnya nanti, setidaknya goal hari ini tercapai. Ketika nakdis bisa menyadari apa yang dirasakannya, dan tau bagaimana cara meregulasinya, belajar berani, melawan rasa takutnya, dan yang terpenting dia tau kalau mamanya selalu ada untuknya. Itu semua sudah lebih dari cukup.

Dan akhirnya, sebagai bonus perjuangan hari ini, nakdis meraih juara 1 lomba mewarnainya. Ending yang cukup manis untuk paket perjuangan lengkap hari ini ya nak 😊

Dari perjalan mendampingi nakdis hari ini aku belajar :

  • Pentingnya mengajarkan tentang emosi ke anak, hal ini sangat membantu pada momen-momen seperti ini
  • Orang tua juga butuh belajar untuk mengesampingkan egonya. 
Dan yang paling penting dari itu semua adalah, segala ilmu dan teori parenting yang ada itu bisa diterapkan kalau maknya berada dalam kondisi "waras" ya. Kalau lagi gak waras ya bablas.πŸ˜…Jadi jangan lupa untuk tetap menjaga kewarasan ya mak. Karena crucial moment itu bisa datang kapan saja dalam jeda waktu yang kadang gak lama. So, we have to be ready for it. Gak kebayang apa jadinya nanti ketika aku tadi mengambil keputusan yang salah, mengikuti emosi dan ego diri, dan kemudian menarik nakdis dari tempat lomba. Mungkin dia akan kesulitan untuk membangun kembali percaya dirinya, dia gak akan menyadari potensinya, dan yang terpenting dia akan merasa bahwa mamanya bukan safe place untuknya. And just thinking about it hurts me 😭
Soo.. Tetaplah #belajarjadiorangtua , karena jadi orang tua adalah sebuah proses, bukan ending sebuah pencapaian. πŸ’•

Bonus Pict
Hasil mewarnai nakdis dengan crayon 12 warna dan meja pinjamannya πŸ˜‚


 


Selasa, 11 Oktober 2022

Masa Depan Kita Nanti, di Tangan Anak Didik Kita Sekarang

Pendidikan merupakan ruang dinamis yang selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi di berbagai faktor penunjang pendidikan, baik dari segi kebijakan, kurikulum, paradigma, dan tuntutan zaman.

Pendidikan bagi generasi sekarang bukan hanya sebagai proses transfer knowledge dari guru ke murid, namun lebih dari itu, pendidikan adalah proses penanaman nilai moral, pembentukan sikap, dan melatih keterampilan, karena tujuan utama dari pendidikan itu sendiri adalah untuk mengantarkan murid menjadi manusia yang selamat dan bahagia.

Salah satu cara untuk mengantarkan murid menjadi manusia yang selamat dan bahagia adalah dengan melatih kepekaan murid terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat serta melatih keterampilan mereka dalam melakukan problem solving terhadap isu-isu tersebut.

Murid yang kita didik sekarang adalah agen-agen perubahan yang akan memegang tonggak-tonggak penting dan strategis di masa yang akan datang. Oleh karenanya bagaimana pola pendidikan kita sekarang akan sangat berdampak terhadap aksi-aksi nyata yang akan mereka ambil nantinya. Dengan kata lain akan menentukan bagaimana komunitas, lingkungan, atau bahkan dalam skala yang lebih besar bagaimana dunia ini akan berlangsung nantinya.

Baru-baru ini, saya mendengarkan sebuah podcast dari Pak Gita Wirjawan dengan narasumber seorang anak muda yang luar biasa, Amadeus Driando. Seorang food scientist yang tertarik mengembangkan tempe, melakukan penelitian mengenai tempe, menggagas Tempe Movement, dan mendirikan perusahaan yang menunjang keberlangsungan tempe. Hal itu semua bemula dari ketertarikannya terhadap tempe, bagaimana tempe merupakan warisan kekayaan leluhur yang ada di sekitar kita yang sangat berpotensi, murah, dan bergizi. Sehingga tempe bisa dijadikan sebagai alternatif protein yang sangat ramah lingkungan. Sembilan puluh menit podcast ini berlalu tanpa terasa karena penyampaian narasumber yang sangat passionate  di bidangnya dan kemampuan strory telling-nya yang mengagumkan. Sangat menarik mendengarkan bagaimana ide luar biasa itu bisa hadir dari seorang anak muda. Tidak semua orang menyadari potensi tempe tersebut, semua itu lahir akibat dari kepekaan seorang Amadeus Driando terhadap kondisi dan potensi lingkungannya, serta dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatifnya menggagas perubahan-perubahan dan aksi-aksi nyata.

Munculnya anak muda seperti Driando ini salah satunya adalah buah dari pendidikan yang merangsang pola pikir kritis dan kreatif pada murid, pembelajaran yang berdifat kontekstual, dan  mengajak murid untuk peka terhadap lingkungan. Sehingga pada akhirnya bisa mengantarkan murid menjadi agen perubahan di masa yang akan datang. 

Tentu banyak faktor yang bisa menunjang terbentuknya hal ini, namun kita sebagai pendidik memegang salah satu peranan penting yang bisa berkontribusi langsung dalam hal ini.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai pendidik?

  1. Selalu kaitkan materi pembelajaran dengan isu-isu kontekstual dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga proses pembelajaran bukan hanya sebatas proses transfer knowledge saja, tapi menjadi pemahaman yang bermakna bagi murid.
  2. Merancang pembelajaran dengan model pembelajaran yang berpusat kepada murid. Sehingga murid mendapatkan pengalaman belajarnya, bukan hanya pemahaman materi saja. Model pembelajaran discovery learning, Problem Based Learning (PBL), dan Project Based Learning (PjBL) bisa menjadi alternatif yang sesuai.
  3. Hargai setiap ide dan kreatifitas murid. Hal ini sangat penting untuk membentuk pribadi murid yang percaya diri, sehingga terbiasa melahirkan ide-ide tanpa khawatir akan dihakimi atau direndahkan.

Selamat berkarya Ibu dan Bapak guru hebat. Tetap semangat. Mulailah dari langkah kecil, mulai dari lingkungan terdekat kita, dan mulai saat ini juga. 😊

Rabu, 08 Juli 2020

Bercerita dan Belajar

Di suatu Senin sore sepulang sekolah emak punya tugas ekstra, beresin sayur-sayur belanjaan si Bapak tadi. Iya, yang belanja papanya anak-anak, sebelum ngebully emak sebagai istri yang tegaan ini adalah bentuk kerjasama kami di rumah ya. Lain kali coba kita bahas. Gak sekarang. Itupun kalau ingat. Dan sempat. 😁
Lagi asik bercengkrama dengan sayur-sayuran dan koleganya, si sulung ikutan nimbrung. Bukan mau bantuin, tapi mau ngotak-ngatik alat-alat di kotak perbengkelan papanya yang kebetulan berada di salah satu sudut dapur. Uniknya punya tinggal (yang punya ya yang punya perusahaan πŸ˜„) di rumah yang minimalis gini ya itu, setiap space di rumah bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal, walaupun gak ada hubungannya, seperti obeng-obeng dan tang yang ada di kotak peralatan papanya ini, sama sekali gak ada urusannya ama dapur tapi disinilah mereka berada πŸ˜…

Seperti biasa, waktu bersama gini dimanfaatkan untuk sekedar bercerita tentang berbagai hal. Emak nanya-nanya gimana tadi di daycare? Main apa aja? Seneng gak? Teman-teman gimana? Dll.

Dan mengalirlah dia, si sulung yang kalo di luaran sana sangat pendiam dan slow to warm kalo jumpa orang baru ini akan sangat lancar jika bercerita di rumah.

Semuanya diceritakan, mulai dari makan ama siapa, tadi main petak umpet sama teman-teman, gurunya siapa aja, dll.

Ketika lagi enaknya ngobrol, emak teringat dengan hasil tes psikologi si sulung yang beberapa hari lalu diterima. Di sana disebutkan kalo gaya belajar yang cocok untuk si abang adalah verbal, emak mo coba buktikan ni. Apa bener dan efektif?

Sewaktu si abang berusia 4 tahun, emak pernah ikutkan juga untuk tes MIR (Multiple Intelligences Research). Multiple Intelligences Research adalah sebuah riset untuk memahami kecendrungan kecerdasan seorang anak yang dikembangkan oleh Pak Munif Chatib. MIR ini sendiri adalah pengembangan dari teori Multiple Intelligences yang dikembangkan oleh Howard Gardner. Waktu itu didapatkan hasilnya kalo kecerdasan yang dominan si abang adalah logical-mathematical dan visual.
Hal ini emang udah terbukti. Si abang akan sangat enjoy kalo ngomongin soal angka-angka, pola bilangan, dan sangat cepat mengingat bentuk, pola, dan warna.

Kalo gaya belajar verbal emak baru tau niy, boleh dibuktikan dulu.
Maka selagi asik bercerita, emak coba masuk deh, nanya-nyanya si abang.
"Tadi di daycare gurunya siapa aja?" Emak mulai bertanya.
Si abang menjawab, "Ada Bu Ririt, Bu Anggi, Bu Rama, sama Bu Ros."
"Jadi berapa orang guru abang?"
Dia mulai ngitung, "Empat orang."
"Oke. Kalo Bu Anggi ama Bu Ririt aja itu berapa orang?"
"Ya, dua orang."
"Trus kalo Bu Ririt sama Bu Anggi pulang duluan, tinggal berapa orang guru abang?"
"Ya tinggal dua orang."
"Nah, klo gitu 4 dikurangi 2 hasilnya berapa?"
"Duaa...  Yeee..." Dia senang karena menjawab dengan benar.

Melihat adanya angin baik, emak lanjut lagi.
"Tadi main petak umpet sama siapa aja?"
"Sama Inara, Dedev, dan Abid"
"Jadi berapa orang temen abang yang main?"
"Tiga orang lah, Ma." Mungkin dia ngerasa koq itu aja nanya. πŸ˜…
"Nah, klo dua orang temen abang yang lain ikutan main juga, jadi berapa orang temen abang yang main petak umpet?"
Matanya mulai melirik-lirik, lihat-lihat ke plafon, kayaknya lagi mikir.
Kemudian menjawab,"Jadi lima orang."
"Wah, hebat. Jadi 3 ditambah 2 hasilnya berapa?"
"Lima, Ma."
"Kereen."

Lanjut dengan beberapa soal lagi, dengan menggunakan nama temen-temennya, guru-gurunya, atau mainannya. Soalnya seputaran penjumlahan sama pengurangan aja. Angkanya juga yang sederhana aja, yang penting si abang ngerti konsep penjumlahan dan pengurangan itu apa.
Karena mungkin lagi enjoy, sambil bercerita, dibarengi dengan bermain bengkel-bengekelan lewat juga beberapa soal sampai si abang akhirnya nyadar.

"Loh koq kita jadi belajar? Belajar kan bukan sekarang. Nanti jam 8."

Di rumah kita memang punya jadwal kalo belajar itu biasanya setelah sholat isya dan ngaji, jadi sekitar jam 8.
Jadi ketahuan deh. Hehe.. Emak jadinya cuma cengengesan aja.

"Iya ya, jadi belajar. Tapi gak pa2 deh, satu lagi ya."
"Gak mau. Nanti aja belajarnya jam 8." Katanya sambil lanjut main bengkel-bengkelan.

Oke deh. Cukup dulu untuk sekarang. Yang penting emak udah punya catatan tambahan, tentang gaya belajar si abang.

Beberapa tips jika ingin bermain atau belajar sama anak :
1. Perhatikan mood anak. Pastikan anak dalam mood yang bagus untuk melakukan kegiatan
2. Peka dengan limit anak. Jangan paksakan untuk melanjutkan kegiatan jika anak udah mulai jenuh. Kasih jeda atau ganti dengan bentuk kegiatan lain
3. Last but not least, pastikan emak lagi dalam keadaan waras paripurna πŸ˜„
Mo bikin apapun gak akan berhasil kalo emak lagi gak mood apalagi gak waras. Yang ada malah nanti berujung perang dunia. Anak salah dikit aja bisa bikin suntiang etek naiak πŸ˜‚
Happy Mom, happy kids. Bukan sebaliknya ya. Buktikan aja. Ah, jadi pengen nulis tentang ini juga. Emak udah mulai banyak maunya niy. Macam rajin aja nulisnya. Munculnya tulisan ini aja sama halnya dengan waktu yang dibutuhkan cahaya untuk merambat sejauh 94.608 x 1011 
meter.
Ini maksudnya berapa lama, cari sendiri ya... πŸ˜‚

Rabu, 27 November 2019

Kenapa Pohonnya Bisa Jalan?

Di suatu sore yang cerah - cerah kuku. Ah, istilah apa ini. Mau dibilang cerah banget gak juga karena ada sedikit awan - awan yang bergelayut manjah, namun mau dibilang mendung juga gak tepat karena surainya sang mentari masih setia membelai bumi. Jadi ya...  Begitu lah ya. Cerah - cerah kuku. πŸ˜… Kita sekeluarga lagi dalam perjalanan menuju rumah. Alunan merdu "See you again" nya Wiz Khalifa mengalun dari perangkat audio di mobil. Membuat emak serasa disopiri Brian O'Conner. Entah karena lagunya, atau karena yang nyopirin memang mirip Paul Walker.  #plak πŸ˜„πŸ˜„

Di sepanjang jalan pohon - pohon berbaris rapi. Selama ini keberadaan pohon itu tidak pernah mengganggu perjalanan kami. Sampai di sore ini, Si sulung yang berusia 5,5 tahun tiba - tiba saja berteriak, "Ma... Ma... Liat pohon - pohonnya bisa jalan, Ma."
Emak yang lagi berada di jalanan Pikes Peak, Colorado dengan disopiri Brian O'Conner tiba-tiba ditarik paksa kembali ke Bumi Lancang Kuning. Masih belum sepenuhnya mengerti dengan pertanyaan Si Sulung.
"Pohon yang  mana, Bang? " Emak mencoba klarifikasi.
"Itu lho Ma, yang di pinggir jalan. Pohon-pohonnya bisa jalan. Kejar-kejaran mereka." jelas Si Sulung.

Oke. Emak mulai bisa mengerti arah pembicaraan ini. Cuma masih bingung bagaimana musti menjelaskannya. Emak membatin, apa ini pertanda kalau sudah saatnya emak mengajarkan tentang GLB dan GLBB ya sama Si Sulung πŸ˜…πŸ˜…

Terdiam sejenak, mencoba memilah - milah kata agar mudah dimengerti, Emak akhirnya menyerah, trus menjawab, "Itu namanya gerak semu, Bang".
"Apa Ma? Gerak semut? " Timpal Si sulung.
"Bukan. Gerak semu. Sebenernya yang bergerak itu kita yang lagi di mobil, mobil ini yang jalan, pohon - pohon itu diam aja. Tapi keliatannya bergerak. Sebenernya enggak. Kita yang bergerak". Kalimat Emak bolak balik, mencoba menjelaskan.

Si Sulung diam sejenak. Mungkin mencoba mencerna penjelasan maknya yang absurd.
"Jadi gerak semu ya Ma? "
"iya"
"Kayak pagar - pagar itu juga?" tanyanya sembari menunjuk pagar kawat di pinggiran jalan.
"Iya. Pagar itu juga. " Emak tersenyum. Sepertinya sudah ada titik terang.
Harap - harap cemas emak menunggu respon selanjutnya. Setelah beberapa saat, Si Sulung tidak meneruskan lagi pertanyaannya, sibuk dengan robot - robotan Ultramannya. Entah karena mengerti atau makin bingung πŸ˜… Yang jelas untuk sekarang emak udah selamat. #Phewww... πŸ˜…

Kadung udah membahas tentang gerak semu, ada baiknya kita bahas dikit mengenai gerak ini ya.
Kita mulai dengan pertanyaan "Kapan sebenarnya suatu benda dikatakan bergerak?" Kalau kamu bertanya - tanya kenapa ini musti ditanyakan saya pun gak tau. Karena terkadang manusia itu suka meribetkan dirinya sendiri dengan berbagai teori dan defenisi. Seperti halnya banyak yang mencoba mendefenisikan apa itu cinta. Padahal cinta gak butuh didefenisikan, cukup dirasakan. Ya, kan?😏

Oke. Kembali ke pembahasan. Gerak. Dalam ilmu fisika, suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut mengalami perubahan jarak (posisi) terhadap titik acuan. Jadi komponennya ada tiga, yaitu : benda, perubahan jarak (posisi), dan titik acuan. Berdasarkan defenisi ini suatu benda bisa dikatakan bergerak ataupun tidak bergerak dalam waktu yang bersamaan, tergantung dari titik acuan yang digunakan. Itulah mengapa gerak benda dalam fisika bersifat relatif.

Bingung??? Mari kita cermati dengan contoh berikut.
"Sebuah mobil jeep menarik mobil sedan yang mogok dari sebuah rumah menuju bengkel."
Dari ilustrasi tersebut dapat dibuat beberapa pernyataan tentang gerak sebagai berikut :
- Mobil jip bergerak terhadap rumah
- Mobil jip bergerak terhadap bengkel
- Mobil jip tidak bergerak terhadap mobil sedan.

See?  Sebuah benda bisa dikatakan bergerak dan juga tidak bergerak dalam waktu yang sama tergantung pada titik acuannya. Jadi bisa disimpulkan bahwa sebuah benda dikatakan bergerak jika terjadi perubahan posisi terhadap titik acuan. Ketika antara benda yang diamati dan titik acuan tidak terjadi perubahan posisi maka benda tersebut dikatakan tidak bergerak.

Mungkin itulah kenapa ketika kamu dan dia lagi berjalan bergandengan tangan di sepanjang jalan kenangan (ehmm) waktu jadi seakan berhenti berputar ya, bisa jadi disebabkan karena kamu tidak bergerak terhadap dia, dan diapun tidak bergerak terhadap kamu. Iya... Kamu.😜

Sepertinya cukup sekian dulu, udah mulai ngelantur ini. πŸ˜…
Salam dari Emak 3 krucils.  

Jumat, 28 Desember 2018

Bumi, Hujan, dan Jodoh

"Hujan, bagiku adalah rangkuman sempurna mengenai defenisi jodoh tak akan kemana, meski harus teramat pajang proses yang dilaluinya" - (Fissilmi Hamida, 2018, Autumn Leaves : Kisah Dibalik Musim Gugur) 

Ah, berat ya kutipan pembuka postingan kali ini. πŸ˜…
Tapi tenang, kita gak akan bahas  masalah yang rumit-rumit koq. Memang benar postingan kali ini terinspirasi dari sebuah kalimat dalam novel yang beberapa hari lalu saya baca. Hal ini tentu saja menggelitik 'naluri sains' saya karena penulis mengait-ngaitkan antara hujan dengan jodoh. Kira-kira apa hubungannya ya? Apakah bisa dijelaskan dari sudut pandang sains?

Lets see.

Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es, dan slit (campuran hujan dan salju). (https://id.wikipedia.org/wiki/Hujan)

Matahari yang menyinari bumi menimbulkan efek panas yang membuat air yang ada di permukaan bumi seperti air danau, sungai dan laut menguap. Akibat suhu udara yang tinggi, uap air yang terbentuk mengalami kondensasi (pemadatan) menjadi tetesan embun. Titik-titik embun semakin banyak berkumpul memadat membentuk awan. Dengan bantuan tiupan angin, awan - awan akan bergerak ke tempat lain membuat awan kecil menyatu menjadi gumpalan awan yang lebih besar kemudian bergerak ke tempat yang memiliki suhu lebih rendah. Kumpulan awan yang semakin banyak akan membuat awan berubah menjadi semakin berat dan kelabu. Akibatnya titik - titik air menjadi tak terbendung lagi sehingga turun menjadi tetesan hujan. Secara lebih jelas bisa dilihat pada gambar berikut.


Sumber : Google

See??
Hujan itu berasal dari bumi, dan kembali lagi ke bumi. Walaupun untuk itu, ia harus melalui proses yang sangat panjang dan berat. Dipanaskan, dipadatkan, dan bahkan kadang harus ditiup ke tempat lain agar bisa turun kembali ke bumi. Dia akan turun di tempat dan waktu yang tepat.

Begitu juga halnya dengan jodoh. Jikalau dua insan sudah ditakdirkan berjodoh maka pada akhirnya akan tetap bersatu, walaupun kadang berat cobaan dan jalan yang harus dilalui untuk itu. Aseekk...πŸ˜‰

So, buat para jomlowan dan jomlowati yang belum menemukan pasangan hidupnya tetap optimis ya. Enjoy the proccess! Hadapi setiap tantangan dengan senyuman, anggap aja itu sebagai panas matahari ataupun angin yang akan membawamu untuk bertemu jodohmu pada tempat dan waktu yang tepat. 😊

Jadi, bumi dan hujan akan selamanya berjodoh, seperti halnya kamu dan dia. Iya... Kamuu.... πŸ˜„πŸ˜„





Rabu, 26 Desember 2018

Cobalah Lihat Lebih Dekat (Part 1) - Otot

Hai. Hai.. Haii..
Kali ini saya kembali dengan tema 'Cobalah Lihat Lebih Dekat'.
Akan ada beberapa postingan seperti ini ke depannya, jadi saya mulai dengan 'Part 1' ya.

Pada postingan ini kita akan membahas mengenai otot.
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia dan hewan yang berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang (https://id.wikipedia.org/wiki/Otot).
Otot dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : otot polos, otot lurik, dan otot jantung.

Secara bentuk, ketiganya dapat dibedakan seperti gambar berikut ini.

Sumber : Google

Saya tidak akan membahas lebih lanjut mengenai bentuk ketiga otot ini, saya lebih tertarik untuk melihat dari segi letak dan pengaturan pergerakannya.

OTOT POLOS ditemukan dalam organ pencernaan dan pembuluh darah, kerja otot ini diatur oleh sistem saraf tak sadar atau otonom. Jadi dengan kata lain, pergerakan otot ini akan berlangsung tanpa menunggu perintah dari otak.

OTOT LURIK terdapat pada hampir keseluruhan tubuh bagian luar manusia dan hewan, dan menempel di rangka. Itulah mengapa otot ini disebut juga otot rangka. Pergerakan otot lurik diatur oleh sinyal motorik yang berasal dari otak. Jadi,otot ini gak akan bergerak tanpa diperintah oleh otak, atau dengan kata lain pergerakannya disadari.

OTOT JANTUNG merupakan otot yang bekerja memompa darah pada jantung. Pergerakan otot ini tidak dipengaruhi oleh sistem saraf pusat, namun dipengaruhi oleh interaksi saraf simpatik dan parasimpatik untuk mempercepat atau memperlambat denyut jantung. Pergerakan otot ini tidak dikontrol secara sadar.

Jadi, dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, diantara ketiga jenis otot tersebut hanya otot lurik/rangka yang bekerja dibawah kesadaran atau atas perintah dari otak, sedangkan otot polos dan otot jantung bekerja tanpa disadari.

Coba bayangkan gimana jadinya jika yang menempel pada tulang kita adalah otot polos, yang bisa bergerak tanpa diperintah oleh otak, bisa-bisa tangan bakal menjawil tanpa disadari, kaki bakal nendang tanpa disuruh, yang ujung-ujungnya bisa menimbulkan keributan. Jadi, klo ada diantara temen-temen kalian yang suka jail colek2, nendang2 trus tanpa rasa bersalah bilang "sorryyy... gak sengaja", boleh dipertanyakan itu di tubuhnya yang melekat otot lurik atau otot polos? πŸ˜„

Trus apa jadinya juga jika di jantung yang ada adalah otot lurik, bakal barabe urusannya, lupa dikit jantungnya gak berdetak, ketiduran jantungnya juga diam, endingnya malah gak bangun-bangun dari tidurnya. Kan horor.. 😱

So, cobalah lihat lebih dekat, maka kita akan menemukan nikmat Allah yang tak terkira untuk kita.
Kita akan menyadari bagaimana Allah telah menciptakan kita dengan sangat sempurna, tanpa salah, tanpa error. Bahkan dalam hal yang kita sebut kecacatan pun sesungguhnya terdapat kesempurnaan karya-Nya, jika kita mau melihat lebih dekat.

Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?

Jadi, Lihatlah lebih dekat, dan bersyukurlah.


Senin, 24 Desember 2018

LDR dan Hukum Coulomb

Kali ini saya mo ngomongin masalah yang rada sensitif niy bagi para pejuang cinta yang terpisah jarak dan waktu, aseeek...
Kira - kira mo ngomongin apaan yah??
Yup. kali ini kita bakal ngebahas soal LDR alias Long Distance Relationship, a.k.a hubungan jarak jauh.

Ternyata masalah LDR ini bisa dibahas dari kacamata Sains loh.


Gimana ceritanya??


Jadi gini. Kenapa banyak kasus hubungan kandas ketika dijalanin secara LDR??

Seorang ahli fisika Charles-Augustin de Coulomb telah menjawab tanya ini ratusan tahun lalu, tepatnya pada tahun 1785 ketika Coulomb mengemukakan suatu teori tentang gaya tarik dan gaya tolak kelistrikan antara dua benda yang bermuatan listrik. (biografi lebih lengkap bisa diintip di https://id.wikipedia.org/wiki/Charles_Coulomb)

Coulomb menyatakan bahwa, gaya listrik antara dua benda bermuatan listrik sebanding dengan besar kedua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua muatan.


Dirumuskan dengan :




Ini berarti bahwa, jika besar muatan diperbesar maka gaya listrik antara kedua muatan akan semakin besar, dan berlaku sebaliknya. Juga jika jarak antara muatan diperbesar maka gaya listrik antara kedua muatan akan semakin kecil, dan sebaliknya.


Jadi apa hubungan Hukum Coulomb ini dengan pertanyaan di atas??

Jadi gini, jika ketertarikan antara kedua pasangan dimisalkan dengan F, besar cinta antara kedua pasangan dimisalkan dengan q1 dan q2, dan jarak yang terbentang antara kedua insan cinta dimisalkan dengan r, maka sesuai dengan hukum Coulomb di atas jika jarak antara kedua pasangan semakin diperbesar, maka ketertarikan lama-lama akan memudar, ujung-ujungnya kandas di tengah jalan, begitu juga sebaliknya.

Tapi pasti ada yang bakal jawab gini, 'buktinya banyak pasangan ngejalanin LDR awet2 aja koq, gak mesti kandas juga kali..'

Nah, sobat melupakan satu faktor lagi selain jarak, ada faktor besarnya muatan cinta antara kedua pasangan. Ketika besarnya cinta antara keduanya sangatlah besar, maka jarak tidaklah menjadi penghalang untuk keduanya tetap bersatu. Aseekk...

So, pesan moralnya, ketika kekuatan cintamu masih belum mumpuni, jangan coba2 deh buat LDR, yang ada nanti kamu cuma bisa urut dada, karena cinta kandas ditikung si dia yang selalu ada disampingnya. πŸ˜„πŸ˜„